Arti Senyum Nenek

Arti Senyum Nenek
Pagi ini jarum jam sudah mengarah pada pukul 06.10 WIB. Hal itu menandakan aku harus segera berangkat ke sekolah. Karena itu, dengan penuh semangat, aku berlari kencang menuju halte bus. Sampai di halte, pandanganku langsung tertuju kepada seorang nenek yang berjualan semanggi.

Saat itu, ternyata hanya ada kami berdua. Hei, nggak biasanya halte bus masih sepi begini. Bus yang kutunggu-tunggu juga belum muncul. Nenek yang berjualan semanggi tersebut kemudian melempar senyum kepadaku. "Hai, anak muda, tenang saja, nanti busnya juga datang," ucap sang nenek dengan sangat ringkih.

Aku sedikit terkejut. "Oh iya, Nek," ucapku dengan kikuk. "Nenek sudah lama menunggu di sini?" tanyaku. Nenek itu tersenyum kecil. "Ya sudah lumayan lama. Tapi, hari ini nenek tidak jadi berjualan. Sebab, sepertinya, nenek sakit," ujar nenek tersebut. Aku mengerutkan alis. "Lho, sakit apa, Nek? Terus, nenek tinggal sama siapa?"
Nenek itu hanya tertawa kecil. "Biasa, Nak, penyakit orang tua. Di rumah, nenek tinggal sendirian. Suami nenek meninggal 20 tahun lalu. Sedangkan putri nenek tinggal bersama suaminya di kota lain," tutur dia singkat. Aku mengangguk-angguk bersimpati. Tak lama kemudian, bus yang aku tunggu tiba juga tepat di depanku.

"Wah, busnya sudah datang! Aku berangkat dulu ya, Nek?" salamku kepada nenek. Nenek itu tersenyum melepasku pergi. Aku melangkahkan kakiku ke dalam bus dan melewati kursi demi kursi untuk mencari tempat duduk yang kosong. Di balik kaca jendela bus, aku memperhatikan nenek tersebut.

Tampaknya, wajah nenek yang keriput mengisyaratkan sesuatu yang tersembunyi. Wajahnya menggambarkan beratnya beban hidup yang harus ditanggung. Aku memikirkannya mulai dalam bus hingga sampai melangkahkan kaki di sekolah. Beliau seharusnya memperoleh kebahagiaan dari anak dan cucunya di sisa umurnya.

Tidak hanya satu kali saja aku melihat nenek itu berjualan di halte bus, melainkan berkali-kali. Setiap berangkat ke sekolah, aku selalu betemu dengan nenek tersebut. Meskipun aku berada di antara kerumunan orang banyak, dia selalu melempar senyum kepadaku dengan tatapan mata ikhlas. Menurut instingku, pasti dalam kamus nenek itu tiada satu hari pun yang terlewatkan tanpa senyum.

Hatiku terasa bagai tersiram air es saat melihat nenek tersenyum. Aku jadi bersemangat dalam meneruskan hidup. Entah mengapa begitu, aku juga nggak tahu. Mungkin beliau teringat cucunya saat melihatku. Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Sekarang matahari sudah menyapaku lagi.

Gara-gara nonton bola semalaman, aku berpotensi terlambat datang ke sekolah. Meskipun begitu, aku masih bisa tersenyum lega. Saat aku sampai di halte, bus yang aku tunggu sudah berada di depanku. Tanpa berpikir lama, aku melangkahkan kaki kananku ke dalam bus.

Tiba-tiba dari belakang bus terdengar suara tabrakan yang keras. "Braaaaaak.... !!!" Orang-orang yang menyaksikan kejadian di belakang itu lantas menjerit. Aku pun mengurungkan niatku naik ke dalam bus. Aku ingin segera melihat apa yang baru saja terjadi. Aku tak percaya dengan apa yang baru saja aku saksikan.

Ternyata, sebuah mobil menabrak seorang nenek. Nenek yang biasanya berjualan semanggi! Nenek yang kemarin bercakap-cakap denganku! Seketika, aku berlari ke arah tempat kejadian itu. Aku ingin menolong nenek! Saat aku berlari mendekat, nenek tak bergerak. Dia meninggal di tempat kejadian.

Aku nggak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya tertegun kala melihat tubuh nenek berlumuran darah. Beberapa memar terlihat karena tubuhnya bertabrakan dengan jalan. Dagangannya pun berhamburan di tengah jalan. Bahkan, hari ini aku belum melihat senyum yang terpancar di muka nenek.

Sejak kejadian itu, aku nggak pernah lagi melihat senyum nenek yang khas. Senyum tersebut ikut pergi bersamanya. Aku baru tahu bahwa senyum nenek sangat berarti bagiku. Lewat senyum itu, secara tidak langsung nenek memberikan semangat kepadaku untuk memulai hari. Kehidupan di dunia ini memang misteri.

Kita tidak akan tahu kapan datangnya kesedihan, kebahagiaan, kelahiran, dan kematian. Itu sudah suratan takdir. Bagaimanapun, kita harus menerimanya dengan hati ikhlas. Melalui hari-hari yang sulit dengan senyum akan membawa spirit bagi hidup kita dan orang lain. Seperti senyum seorang nenek yang selalu kukenang dalam kehidupanku. (*)

Oleh: Novita Meirena
Penulis adalah pelajar LP3I Sidoarjo - Jawa Timur
Source : Arti Senyum Nenek
Belanja Celana Boxer Cowok dan Cewek
LihatTutupKomentar
Cancel