BANGANCIS - Pertanyaan itu seperti memilih antara digigit ular kobra atau ular weling. Sama-sama berbisa, sama-sama menyakitkan. Tapi pertanyaan ini sering muncul di benak mereka yang terjebak dalam pusaran pesona sosok dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD).
Sebut saja Budi, seorang manajer yang karismatik dan dipuja banyak orang. Di balik pesonanya, ia adalah seorang narsistik klasik. Istrinya, sebut saja Rina, adalah korban utamanya. Ada juga Doni, sahabat Budi, yang selalu membenarkan setiap tindakan Budi, bahkan yang paling menyakitkan sekalipun.
Gambar dari Pixabay
Rina adalah korban, yang energinya terkuras habis setiap hari. Doni adalah pembantu, atau dalam istilah psikologi disebut enabler. Keduanya berada dalam orbit Budi, tapi dengan peran yang berbeda. Lantas, jika terpaksa harus memilih, enakan mana nasibnya: menjadi Rina atau menjadi Doni?
Pedihnya Menjadi Target Utama
Menjadi korban langsung dari seorang narsistik adalah pengalaman yang menguras jiwa. Mereka hidup dalam roller coaster emosi yang dikendalikan sepenuhnya oleh si narsistik. Hari ini dipuja setinggi langit, besok bisa diinjak hingga ke dasar bumi.
Setiap hari adalah perjuangan untuk validasi diri. Sebab, sang narsistik sangat ahli membuat korbannya merasa tidak berharga, bodoh, dan bersalah atas segala hal. Ini adalah neraka sunyi yang hanya bisa dirasakan, sulit untuk dijelaskan.
Terkuras Habis oleh Gaslighting
Korban adalah penerima utama gaslighting. Ini adalah teknik manipulasi di mana pelaku membuat korban meragukan kewarasan dan persepsinya sendiri. Budi akan berkata pada Rina, "Kamu terlalu sensitif," atau "Aku tidak pernah bilang begitu, kamu mengada-ada."
Lama-kelamaan, Rina mulai kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri. Ia merasa semua masalah adalah kesalahannya. Energi mentalnya habis hanya untuk mencoba memahami realitas yang terus-menerus diputarbalikkan oleh Budi.
Terisolasi dari Dunia Luar
Seorang narsistik tidak suka korbannya memiliki sistem pendukung yang kuat. Budi secara perlahan tapi pasti akan menjauhkan Rina dari teman-teman dan keluarganya. Ia akan menjelek-jelekkan sahabat Rina atau membuat drama setiap kali Rina ingin pergi bersama keluarganya.
Tujuannya satu: agar Rina hanya bergantung padanya. Saat korban terisolasi, ia menjadi lebih mudah dikendalikan. Ia merasa tidak punya tempat lain untuk pergi, terjebak dalam sangkar emas yang menyakitkan.
Ilusi Nyaman Sang Pembantu
Di sisi lain, ada peran pembantu atau enabler. Dari luar, posisi Doni tampak lebih "aman" dibandingkan Rina. Ia tidak menerima serangan langsung. Ia justru sering mendapat pujian dan perlakuan baik dari Budi karena selalu mendukungnya.
Namun, menjadi pembantu adalah penjara yang berbeda. Mereka mungkin tidak merasakan sakitnya tusukan langsung, tapi mereka memegang pisau untuk sang narsistik. Mereka mengorbankan integritas dan hati nurani demi "kedamaian" semu.
Menjual Jiwa Demi Kedamaian
Seorang enabler seperti Doni sering kali bertindak karena ingin menghindari konflik. Ia tahu Budi salah saat membentak Rina di depan umum. Tapi alih-alih menegur Budi, Doni justru akan berkata pada orang lain, "Budi sedang banyak pikiran, maklumi saja."
Tindakan ini mengirimkan sinyal kepada Budi bahwa perilakunya bisa diterima. Doni secara tidak langsung ikut menyiksa Rina. Ia menukar nuraninya dengan kenyamanan sesaat, agar tidak menjadi target kemarahan Budi selanjutnya.
Kehilangan Diri dan Rasa Hormat
Konsekuensi jangka panjang bagi seorang enabler sangat serius. Mereka perlahan kehilangan jati diri dan rasa hormat pada diri sendiri. Mereka hidup dalam kebohongan, berpura-pura semuanya baik-baik saja padahal mereka tahu ada yang salah.
Doni mungkin tidak menderita seperti Rina, tapi ia juga tidak benar-benar hidup. Ia menjadi bayang-bayang dari sang narsistik, kehilangan kemampuannya untuk berdiri tegak membela kebenaran. Pada akhirnya, ia akan ditinggalkan saat sudah tidak lagi berguna bagi si narsistik.
Jadi, kembali ke pertanyaan awal. Jawabannya tegas: tidak ada yang enak. Menjadi korban berarti jiwamu dihisap perlahan hingga kosong. Menjadi pembantu berarti kamu ikut menghisap jiwa orang lain sambil membiarkan jiwamu sendiri membusuk.
Keduanya adalah posisi kalah dalam permainan yang dirancang oleh seorang narsistik. Satu-satunya cara untuk menang adalah dengan keluar dari papan permainan itu. Baik sebagai korban maupun sebagai pembantu, langkah pertama menuju kebebasan adalah menjauh dari pusat gravitasinya yang beracun.
#NPD #HubunganToksik #KesehatanMental

