BANG ANCIS - Hujan deras di awal November itu bukan sekadar air yang tumpah dari langit Lugano. Ia adalah ujian mental, penundaan ambisi, sekaligus jeda yang mungkin tak diinginkan. Pertandingan melawan St. Gallen harus berhenti di menit ke-48, saat papan skor berpihak pada tuan rumah, 1-0.
Kini, laga tunda itu kembali digelar. Rabu malam ini, stadion akan menjadi saksi, apakah jeda akibat cuaca buruk itu melemahkan atau justru menempa skuad asuhan Mattia Croci-Torti menjadi lebih garang. Di atas kertas, momentum jelas milik Lugano.
| Gambar dari Pixabay |
Kebangkitan dari Titik Terendah
Semua terasa begitu berat di awal musim. Enam laga berlalu, Lugano terperosok di posisi kedua dari bawah. Mereka juga harus tersingkir dari Conference League.
Kesabaran yang Berbuah Manis
Manajemen klub memilih jalan yang tak populer: sabar. Mereka mempertahankan sang pelatih, Mattia Croci-Torti, di tengah badai kritik. Sebuah keputusan yang kini terbukti sangat tepat.
Rentetan Hasil Impresif
Kesabaran itu dibayar tuntas. Tujuh pertandingan terakhir, Lugano seolah kesetanan, meraih 18 dari 21 poin maksimal. Tiga laga terakhir bahkan dilalui tanpa kebobolan sama sekali.
Malam Penentuan di Cornaredo
Laga Rabu malam ini bukan sekadar pertandingan 90 menit. Ini adalah tentang pembuktian bahwa fondasi tim ini kokoh, tak goyah oleh hujan badai sekalipun. St. Gallen datang dengan ambisi tak kalah besar.
Mengincar Peringkat Kedua
Kubu tamu tahu, kemenangan akan membawa mereka menyalip Young Boys di peringkat kedua. Rekor lima laga tak terkalahkan melawan Lugano menjadi modal kepercayaan diri mereka.
Ujian Sesungguhnya Bagi Tuan Rumah
Bagi Lugano, ini adalah kans untuk merapatkan barisan di papan atas. Kemenangan akan menyamakan poin mereka dengan Young Boys. Ini adalah pertarungan gengsi, mental, dan strategi di atas lapangan basah yang pernah menghentikan mereka.
#FCLugano #LigaSuperSwiss #SepakBola

