Cocoa Trace Team Goes to Adonara? Hahaha... betul sekali, dan keberangkatan kami ke Desa Kolilanang di Pulau Adonara ini tidak masuk dalam jadwal resmi. Hanya karena usulan mendadak (iseng) dari kami yang ternyata mendapat respon yang luar biasa dari teman-teman IT kantor pusat yang pada akhirnya Pak Niko dari
Veco Indonesia, selaku Koordinator Lapangan wilayah NTT menyerah dan setuju.
Awal kisah...
Jadwal update serta trial error
aplikasi tablet Cocoa Trace berlangsung selama 3 hari di Hokeng, Boru, Flores Timur dari tanggal 21 - 23 Juli 2016. Teman-teman IT support dari Jakarta, Denpasar dan Makasar sudah lengkap hadir satu hari sebelumnya dan nginap di Sesa Banu. Menurut rencana, dari jatah waktu 3 hari itu, satu hari kegiatannya di dalam ruangan dan 2 hari sisanya adalah praktek lapangan bersama petani kakao dampingan kami.
Hari pertama kegiatan berlangsung lancar hingga makan nasi di siang hari berakhir. Sore harinya beberapa kendala mulai muncul. Kendala bukan pada aplikasi tabletnya tapi lebih kepada kesiapan petani dampingan untuk praktek. Sebanyak tiga kelompok petani yang kami hubungi berkeberatan karena masih
disibukan dengan pesta.
|
Di atas perahu motor, siap nyebrang ke pulau Adonara |
Nah, dalam kondisi bingung mencari tempat praktek tiba-tiba saja ada teman yang mengusulkan bagaimana kalau praktek pendataan petani via aplikasi dilakukan di Adonara saja? Seperti dikomando, kami semua langsung setuju, terutama Pak Decy yang begitu antusias karena mimpinya untuk melihat Kota Larantuka plus menginjakkan kaki di Pulau Adonara bisa terwujud.
|
Sunset di Tobilota, Adonara, Flotim |
Singkat kata singkat cerita, besoknya tanggal 22 Juli 2016,
Flotim Cocoa Trace Tim yang berjumlah 7 orang ditambah 4 orang IT Support plus 1 Korlap berangkat praktek. Desa pertama yang kami kunjungi adalah desa Tuakepa (masih di daratan Flores), selanjutnya setelah makan nasi di siang hari, perjalanan dilanjutkan menuju kota Reinha Rosari Larantuka untuk kemudian menyebrang ke pulau Adonara, tepatnya di desa Kolilanang. Kami tiba di sana sekitar jam 7 malam wita, bersamaan dengan masuknya iring-iringan mobil ambulance yang mengantar jenasah seorang warga yang baru saja meninggal dunia. Beliau baru tiga bulan pulang dari rantau, Malaysia.
|
Dengan mobil pickup siap tempur |
Setelah bermalam, besoknya 23 Juli 2016, persiapan untuk praktek pendataan petani via aplikasi Cocoa Trace mulai kami lakukan. Beberapa poktan yang kami hubungi sudah bersedia melakukan praktek. Kegiatannya sendiri langsung di kebun salah satu petani.
Cocoa Trace sendiri merupakan sebuah aplikasi berbasis android yang dikembangkan oleh
Koltiva, Swisscontact, MCA dan Veco Indonesia untuk memudahkan proses pendataan petani-petani kakao. Intinya, aplikasi ini memudahkan kami para petugas lapangan yang turun ke desa-desa dampingan untuk melakukan pendataan. Kami tidak lagi disibukkan dengan lembaran-lembaran kuisioner, karena semuanya sudah ada dalam aplikasi. Rangkaian kegiatan ini sebenarnya berhubungan erat dengan
Kakao Lestari yang pernah saya bahas dulu.
Okey... lanjut. Proses pendataan di desa Kolilanang berjalan santai dan cepat. Penuh keakraban dan gelak tawa sambil sesekali minuman lokal (tuak putih) diedarkan melalui neak. Sementara itu bapak-bapak perkasa lain mulai menunjukkan taringnya mempersiapkan menu makan siang. Masakan Bambu! Yaps, semua makanan mulai dari nasi, sayur, ikan dan ayam dimasak dalam ruas-ruas bambu dengan racikan bumbu lokal. Akh sulit untuk dilukiskan, yuk langsung lihat gambarnya...
|
Masakan Bambu, Beras... |
|
Masakan bambu, Daging |
|
Saatnya sikat... santap siang |
And than....
Halo Pak Decy... Pak Zaenal...
Halo Pak Fajar.. Pak Eka...
Kapan lagi kita main pokemon di selat Larantuka,
Sambil terbawa derasnya arus Gonsalu??