Perempuan Itu Bernama Mimpi
Perempuan itu bernama mimpi,
seperti itu kusebut dia.
Bayang-bayang hampa,
ruang dan waktu hilang makna,
hadirnya pertanda kekosongan,
sampai pagi tiba
tinggal kerinduan
tercatat bisu di langit-langit,
dalam tinta merah muda.
Akukah itu yang lagi berlari ?
apa sebenarnya yang kucari ?
subuh selalu kembali,
seperti kemarin aku tau pasti
harapanku bakal mengendap dalam embun
dan lebur
di silau cahya pagi.
Aku benci cahaya
yang datang mengusir malam;
menjambak pergi perempuanku
yang mengada
berbalut mimpi-mimpi.
Aku benci suara pagi
yang cuma berlagu sepi
cuma berlagu sepi.
Oh cinta...
yang paling buta dari segala kebutaan
kenapa tak kau lumatkan saja aku sekalian
dalam manis bujuk dustamu ?
Masihkah kau menunggu
sampai kutikam remuk dada;
di tempat mana kau bersarang
dan menebar luka ?
27 Januari 2010
Paul Tapun