BANGANCIS - Rini hanya bertanya. Sebuah pertanyaan sederhana tentang janji yang diucapkan Bima kemarin sore, di sela-sela deru motor di jalanan.
"Katanya kemarin mau telepon ibuku?" tanya Rini pelan. Bima yang sedang asyik dengan ponselnya mendongak, keningnya berkerut. "Kapan aku bilang begitu? Kamu salah dengar kali."
| Gambar dari >Pixabay |
Rini terdiam. Ia sangat yakin mendengarnya. Tapi melihat wajah Bima yang begitu lugu dan yakin, Rini mulai ragu pada ingatannya sendiri. "Mungkin aku yang lupa," bisiknya pada diri sendiri, sebelum Bima menambahkan kalimat pamungkasnya, "Lagian, kamu ini terlalu sensitif, hal kecil saja dipermasalahkan."
Kalimat itu seperti palu godam tak terlihat. Bukan pertama kali Rini mendengarnya. Setiap kali ia mencoba mengonfirmasi sesuatu, setiap kali perasaannya terluka oleh ucapan Bima, kalimat itu selalu keluar. "Kamu terlalu sensitif." "Kamu berlebihan." "Itu cuma perasaanmu saja."
Perlahan, Rini mulai percaya. Mungkin memang ia yang salah. Mungkin memorinya tidak bisa diandalkan. Mungkin emosinya terlalu rapuh. Inilah kabut tebal yang disebut gaslighting, sebuah senjata psikologis yang sangat halus namun luar biasa merusak.
Istilah ini bukan datang dari buku psikologi tebal, melainkan dari sebuah film lawas tahun 1944 berjudul "Gaslight". Dalam film itu, seorang suami dengan sengaja memanipulasi istrinya agar percaya bahwa ia gila. Salah satu caranya adalah dengan meredupkan lampu gas di rumah mereka, lalu menyangkalnya saat sang istri bertanya, membuatnya meragukan persepsi dan kewarasannya sendiri.
Membedah Pisau Tak Terlihat
Gaslighting adalah bentuk manipulasi emosional yang tersembunyi. Pelakunya, yang seringkali memiliki ciri narsistik, secara sistematis menanamkan keraguan pada korbannya hingga korban tidak lagi percaya pada ingatan, persepsi, atau bahkan kewarasannya sendiri.
Tujuannya satu: kontrol mutlak. Dengan membuat Anda ragu pada diri sendiri, pelaku menjadi satu-satunya sumber "kebenaran". Anda akan bergantung padanya untuk memvalidasi realitas, dan saat itulah ia memegang kendali penuh.
Menyangkal Realitas Anda
Ini adalah taktik paling dasar dari seorang gaslighter. Mereka akan dengan tegas menyangkal sesuatu yang telah mereka katakan atau lakukan, meskipun Anda memiliki bukti yang jelas. "Aku tidak pernah mengatakan itu," atau "Itu tidak pernah terjadi," adalah frasa andalan mereka.
Mereka melakukannya dengan keyakinan penuh, tanpa sedikit pun keraguan di wajah mereka. Keyakinan inilah yang membuat korban goyah. Lama-kelamaan, Anda akan mulai berpikir, "Mungkin memang aku yang salah ingat."
Senjata Andalan: Emosi Anda
Seorang gaslighter adalah master dalam memutarbalikkan keadaan. Ketika Anda mengungkapkan perasaan sakit hati atas tindakan mereka, mereka tidak akan meminta maaf. Sebaliknya, mereka akan menyerang validitas perasaan Anda.
"Kamu terlalu baper," "Kamu terlalu dramatis," atau "Harusnya kamu tidak merasa seperti itu," adalah cara mereka untuk mengatakan bahwa reaksi emosional Anda salah. Pesan yang mereka kirimkan adalah: perasaanmu tidak valid, yang valid adalah penilaianku terhadap perasaanmu.
Melawan Balik Kabut Kebingungan
Keluar dari jerat gaslighting bukanlah hal yang mudah, karena musuh utamanya adalah keraguan pada diri sendiri yang sudah tertanam dalam. Namun, ini bukan tidak mungkin. Langkah pertama adalah menyadari bahwa apa yang Anda alami itu nyata.
Anda tidak sedang menjadi gila. Anda sedang dimanipulasi. Setelah kesadaran ini muncul, ada beberapa langkah konkret yang bisa menjadi jangkar Anda untuk kembali ke realitas.
Jangkar Realitas: Catatan dan Pihak Ketiga
Mulailah menulis jurnal. Catat percakapan, peristiwa, dan perasaan Anda secara detail, lengkap dengan tanggalnya. Ini bukan untuk membuktikannya kepada pelaku, melainkan untuk membuktikannya pada diri Anda sendiri. Saat keraguan muncul, Anda punya catatan fisik sebagai jangkar.
Bicaralah pada orang ketiga yang Anda percaya, entah itu teman, keluarga, atau seorang profesional seperti psikolog. Ceritakan pengalaman Anda. Mendengar perspektif dari luar yang objektif dapat membantu Anda memvalidasi bahwa apa yang Anda rasakan dan lihat adalah nyata.
Membangun Batasan, Menemukan Kembali Diri
Membangun batasan adalah kunci. Mulailah dengan mengatakan, "Aku tahu apa yang aku lihat," atau "Jangan katakan perasaanku salah." Ini akan sulit dan mungkin akan memicu reaksi marah dari pelaku, tetapi ini adalah langkah penting untuk merebut kembali kendali.
Pada akhirnya, seringkali solusi terbaik adalah menjauhkan diri dari sumber racun tersebut. Memutuskan hubungan dengan seorang narsistik yang menggunakan gaslighting adalah proses yang menyakitkan, namun esensial untuk menemukan kembali kewarasan dan harga diri Anda. Karena Anda tidak "terlalu sensitif". Anda hanya sedang dibuat gila secara perlahan.
#Gaslighting #Narsistik #KesehatanMental

