Kenapa Banyak Orang Mudah Dihasut? Ini Jawaban yang Bikin Kaget!

BANG ANCIS - Tiap hari kita lihat di media sosial. Seseorang posting satu opini—meledak. Diserbu. Dibelain. Diikuti. Padahal kadang salah. Tapi tetap saja. Kenapa banyak orang mudah dihasut? Itu jadi misteri yang menarik, kadang mengganggu.

Di warung kopi, di grup WhatsApp, bahkan di ruang keluarga—hasutan itu berseliweran. Sekali dilempar, langsung jadi bola salju. Menggelinding liar. Tak peduli benar atau tidak. Pokoknya ramai. Itu yang penting.

Di balik keabsahannya sebuah informasi, saya heran kenapa hasutan lebih cepat viral daripada klarifikasi? Karena orang tak butuh kebenaran. Mereka butuh cerita yang bikin mereka merasa "benar". Nah, di situlah celah hasutan masuk.

Kenapa Banyak Orang Mudah Dihasut? Ini Jawaban yang Bikin Kaget!

Alasan Orang Gampang Dihasut

Otak Kita Suka Jalan Pintas

Manusia itu makhluk praktis. Otak kita senang jalan pintas, namanya heuristik. Kita percaya yang terdengar familiar. Yang sesuai selera. Kalau ada info yang bertentangan, otak malah malas memproses. Capek mikir.

Itulah sebabnya orang cenderung percaya hal yang mendukung keyakinannya. Terlepas itu salah atau benar. Apalagi kalau disampaikan tokoh yang mereka idolakan. Boom! Langsung nempel di kepala.

Jalan pintas itu bikin hidup lebih cepat. Tapi juga bikin gampang ditipu. Beda tipis antara efisien dan naif.

Emosi Lebih Kuat dari Logika

Kalau hasutan menyentuh emosi—selesai sudah. Tak perlu data. Tak perlu fakta. Cukup marah, sedih, atau takut. Otak rasional langsung tiarap.

Hasutan politik, misalnya. Dibungkus isu suku, agama, atau ketakutan. Langsung tular. Seperti virus. Karena emosi manusia itu lemah titik.

Dan emosi itu menular. Satu teriak, yang lain ikut. Bahkan tanpa tahu kenapa bisa ikut-ikutan teriak.

Kurangnya Literasi, Banyaknya Distraksi

Buku kalah dari konten viral. Artikel kalah dari meme. Orang lebih suka scroll TikTok daripada baca satu paragraf panjang. Di situlah peluang hasutan merajalela.

Literasi bukan cuma soal bisa baca. Tapi bisa memilah. Mana yang masuk akal, mana yang cuma bumbu, dan mana yang pansos. Sayangnya, banyak yang gagal di situ.

Ditambah algoritma medsos yang senang menampilkan apa yang kita suka. Kita akhirnya hidup di dalam gelembung. Gelembung nyaman. Tapi rapuh. Sekali ditusuk hasutan, pecah sudah.

Butuh Diakui, Takut Tersisih

Manusia cenderung suka merasa jadi bagian dari kelompok. Mungkin karena takut jadi "yang beda". Maka kalau ada pendapat ramai-ramai, langsung ikut. Tak peduli paham atau tidak.

Itu sebabnya orang bisa ikut menyebar hasutan tanpa sadar. Karena ingin diterima. Tak ingin dikucilkan. Dan celakanya, hasutan sering menyamar jadi kepercayaan bersama.

Berhenti, Tarik Napas, Pikir Dulu

Dunia makin ribut. Tapi jangan biarkan otak ikut gaduh. Kalau ada berita bikin emosi naik, tarik napas dulu. Jangan langsung share. Jangan langsung percaya. Gunakan logika. Pikirkan dampak.

Kenapa harus begitu? Karena di zaman banjir informasi, berpikir pelan-pelan adalah tindakan revolusioner. Yang bisa menyelamatkanmu baik sebagai korban... maupun pelaku hasutan.***

Belanja Celana Boxer Cowok dan Cewek
LihatTutupKomentar
Cancel