Pacaran Sama Narsistik Bikin Capek Mental? Kamu Gak Sendirian

BANGANCIS - Sari menyebutnya 'roller coaster tanpa sabuk pengaman'. Awalnya, ia merasa menjadi perempuan paling beruntung di dunia. Bima, pacarnya, adalah segalanya: perhatian, romantis, dan selalu memujinya setinggi langit.

Hadiah datang tanpa henti. Pesan-pesan manis membanjiri ponselnya dari pagi hingga malam. Bima membuatnya merasa seperti satu-satunya orang yang berarti di alam semesta. Tapi itu hanya babak pertama.

Gambar Ilustrasi Artikel
Gambar dari >Pixabay

Perlahan, pujian itu bersyarat. Perhatian itu berubah menjadi kontrol. Jika Sari melakukan hal kecil yang tidak Bima sukai, dunia seakan runtuh. Telepon bisa berdering puluhan kali, hanya karena Sari telat membalas pesan lima menit. Lelah? Tentu saja. Ini adalah kelelahan mental yang menggerogoti dari dalam.

Kisah Sari bukan satu-satunya. Banyak orang terjebak dalam hubungan serupa, bersama pasangan dengan ciri kepribadian narsistik. Hubungan yang awalnya terasa seperti mimpi, perlahan berubah menjadi penjara emosional yang menguras energi. Kamu tidak sendirian.

Lingkaran Setan Emosional

Hubungan dengan seorang narsistik seringkali mengikuti pola yang bisa diprediksi. Pola inilah yang membuat korbannya bingung, ragu pada diri sendiri, dan akhirnya kelelahan secara mental. Memahaminya adalah langkah pertama untuk keluar.

Ini bukan sekadar pertengkaran biasa dalam pacaran. Ini adalah siklus manipulasi yang dirancang untuk menjaga kendali.

Awalnya Indah, Akhirnya Gundah

Fase pertama nyaris selalu sempurna, dikenal dengan istilah love bombing. Pasangan narsistik akan menghujani Anda dengan kasih sayang, perhatian, dan validasi yang berlebihan. Tujuannya? Membuat Anda ketagihan pada perasaan itu.

Setelah Anda 'terkait', fase devaluasi dimulai. Kritik-kritik kecil mulai muncul. Mereka akan menyalahkan Anda untuk hal-hal sepele, memutarbalikkan fakta (gaslighting), dan membuat Anda merasa bersalah. Anda pun mulai meragukan kewarasan Anda sendiri.

Energi yang Terkuras Habis

Berinteraksi dengan narsistik itu melelahkan. Anda harus terus-menerus 'berjalan di atas kulit telur', khawatir akan memicu kemarahan atau kekecewaan mereka. Setiap percakapan bisa menjadi ladang ranjau.

Energi mental Anda terkuras untuk mencoba memahami apa yang mereka inginkan. Anda terus berusaha menyenangkan mereka, berharap bisa kembali ke fase love bombing yang indah itu. Namun, itu hanyalah umpan yang tidak akan pernah Anda dapatkan kembali secara utuh.

Mengenali Tanda dan Ambil Sikap

Keluar dari hubungan semacam ini tidak mudah. Ikatan emosional yang terbentuk di awal sangat kuat. Namun, mengenali bahwa masalahnya bukan pada diri Anda adalah sebuah kemajuan besar.

Anda tidak bisa 'memperbaiki' mereka. Satu-satunya yang bisa Anda kendalikan adalah reaksi dan keputusan Anda sendiri. Kesehatan mental Anda adalah prioritas utama.

Bukan Salahmu, Ini Polanya

Perhatikan tanda-tanda ini. Apakah pasangan Anda selalu butuh pujian? Apakah ia kurang memiliki empati terhadap perasaan Anda? Apakah ia merasa dirinya lebih superior dan berhak mendapatkan perlakuan istimewa?

Seorang narsistik melihat Anda sebagai perpanjangan dari diri mereka, bukan sebagai individu. Kebutuhan dan perasaan Anda dianggap tidak relevan. Ingat, ini adalah pola perilaku mereka, bukan cerminan dari kekurangan Anda.

Langkah Kecil Menuju Waras

Langkah pertama adalah membangun batasan yang tegas. Katakan 'tidak' dan bersiaplah menghadapi reaksi negatif mereka. Ini akan sangat sulit, tapi sangat penting.

Cari dukungan dari luar. Bicaralah pada teman tepercaya atau keluarga yang bisa melihat situasi secara objektif. Jika perlu, jangan ragu mencari bantuan profesional seperti psikolog. Mereka bisa memberi Anda alat untuk membangun kembali harga diri Anda. Perjalanan ini panjang, tapi kebebasan mental Anda layak diperjuangkan.



#HubunganToksik #Narsistik #KesehatanMental

Belanja Celana Boxer Cowok dan Cewek
LihatTutupKomentar
Cancel